Tanpa Menunggu Anggaran, Anggota Tni Dan Warga Tambal Jalan Berlubang Pakai Uang Pribadi: “kita Tak Perlu Tunggu Orang Banyak
Curah hujan tinggi yang mengguyur Kabupaten Wonosobo dalam beberapa pekan terakhir mengakibatkan kerusakan signifikan pada sejumlah ruas jalan alternatif. Salah satu yang paling parah adalah jalur Wonolelo–Wonosobo, di mana lubang-lubang besar yang tergenang air berubah menjadi jebakan berbahaya bagi pengendara. Akibat kondisi ini, puluhan pengendara dilaporkan terjatuh dan mengalami luka.
Menghadapi situasi darurat tersebut, Peltu Nur Anshori, anggota Koramil 06/Kertek Kodim 0707/Wonosobo, memilih bergerak cepat. Tanpa menunggu instruksi atau anggaran resmi, ia bersama relawan dan warga setempat menggalang dana secara swadaya untuk membeli material, lalu melakukan penambalan jalan secara mandiri.
“Kita berbuat tidak harus menunggu orang banyak, tidak harus menunggu jumlah besar. Yang penting dilakukan terus-menerus dan tanpa pamrih. Hasilnya bisa dinikmati bersama,” ujar Peltu Nur Anshori saat ditemui di lokasi, Senin (8/12/2025).
Aksi Cepat: Dari Penggalangan Dana hingga Lapangan
Langkah yang diambil Peltu Nur Anshori dimulai dari penggalangan dana sederhana: patungan warga, kontribusi sukarela relawan, dan sebagian dana pribadi yang digunakan untuk membeli pasir, semen, dan batu. Material itu kemudian dicampur untuk menutup lubang-lubang besar yang sebelumnya menelan korban.
Metode kerja yang digunakan relatif sederhana namun efektif: pengukuran manual lubang, pembersihan genangan air dan lumpur, pemasangan material bertahap hingga permukaan diratakan. Kegiatan berlangsung bergotong royong dan dilakukan berulang kali dalam beberapa hari terakhir.
Sumber di lapangan menyebutkan bahwa penambalan bersifat sementara—dirancang sebagai solusi darurat untuk mengurangi risiko kecelakaan hingga perbaikan permanen oleh pemerintah dapat dilakukan. Meski demikian, hasil penambalan sudah dirasakan manfaatnya oleh pengguna jalan.
Dampak Nyata bagi Warga Pengguna Jalan
Rohmat (34), warga Pungangan, Mojotengah, yang setiap hari melewati jalur tersebut, mengaku lega dan terharu melihat inisiatif itu.
“Saya tiap hari lewat sini bawa motor. Dua minggu lalu hampir jatuh karena lubang tertutup air. Sekarang jalannya sudah halus. Alhamdulillah. Semoga makin banyak yang mau bergerak seperti ini, tidak harus menunggu bantuan dari atas,” kata Rohmat.
Menurut pengakuan beberapa warga, sebelum penambalan dilakukan, lubang-lubang yang tertutup air sulit terlihat sehingga menyebabkan pengendara kehilangan kontrol dan terjatuh. Selain korban luka ringan hingga sedang, ada pula laporan kendaraan rusak akibat benturan dan terpeleset.
Aksi Berulang, Bukti Kepedulian Jangka Panjang
Peltu Nur Anshori menegaskan bahwa aksi ini bukan inisiatif sekali jadi. Menurutnya, kegiatan gotong royong menambal jalan telah dilakukan berulang kali selama beberapa tahun terakhir ketika kondisi jalan mulai memburuk.
“Ini bukan sekadar menambal. Ini soal keselamatan warga. Kalau setiap hari orang bisa selamat lewat jalan ini, itu berarti upaya kecil yang terus dilakukan punya nilai besar,” ujarnya.
Warga dan relawan juga menyatakan kesiapan untuk melanjutkan kegiatan tersebut apabila kondisi jalan kembali rusak sebelum perbaikan permanen terselesaikan. Mereka berharap adanya sinergi lebih jelas antara masyarakat, aparat setempat, dan pemerintah desa/ kabupaten untuk penyelesaian jangka panjang.
Respons Publik: Viral dan Pujian
Aksi yang digerakkan Peltu Nur Anshori cepat menyebar di media sosial lokal. Banyak netizen memuji dedikasi dan ketulusan tindakan tersebut. Unggahan foto dan video aktivitas penambalan mendapat respons positif dari warga Wonosobo dan pengguna internet yang menyebut tindakan itu sebagai contoh konkret pengabdian TNI kepada masyarakat.
Komentar warga yang viral antara lain: “TNI dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” dan “Keren banget Mas Nur Anshori! Ini contoh peduli lingkungan tanpa banyak omong.”
Catatan Teknis dan Implikasi Keamanan Jalan
- Sifat penambalan: sementara, bertujuan mengurangi risiko kecelakaan segera.
- Bahan yang digunakan: pasir, semen, dan batu—dipilih karena ketersediaannya dan kemudahan aplikasi.
- Keterbatasan: penambalan tidak menggantikan pekerjaan rekonstruksi jalan yang memerlukan perencanaan, pengaspalan ulang, dan anggaran pemerintah.
- Risiko: pekerjaan darurat tanpa pengawalan lalu lintas berpotensi menimbulkan gangguan atau risiko keselamatan bagi pekerja dan pengguna jalan—perlu pengaturan lalu lintas sederhana seperti rambu sementara atau petugas pengatur arus.
Harapan dan Rekomendasi
Warga, relawan, dan tokoh masyarakat berharap pemerintah daerah segera:
- Melakukan peninjauan teknis terhadap kondisi jalur Wonolelo–Wonosobo.
- Menganggarkan perbaikan permanen dalam program infrastruktur jalan kabupaten/tahunan.
- Mengkoordinasikan perbaikan dengan Kodim/Koramil dan masyarakat untuk memastikan tindakan darurat tidak menggantikan perbaikan struktural.
- Memberikan pengamanan dan standar keselamatan bagi warga yang melakukan kerja gotong royong di jalan.
Aksi Peltu Nur Anshori dan warga Wonolelo merupakan contoh tanggap darurat berbasis masyarakat yang sarat nilai kemanusiaan: cepat, murah, dan efektif untuk sementara waktu. Namun upaya sukarela ini semestinya menjadi pengingat bagi pemerintah daerah bahwa perbaikan infrastruktur jalan bukan semata kebutuhan teknis, tetapi juga soal keselamatan publik yang mendesak.
“Yang penting jalan aman, nyawa orang terselamatkan. Itu sudah cukup,” tegas Peltu Nur Anshori, menutup kegiatan kerja bakti yang terus berlanjut hingga berita ini diturunkan.