Gelar Budaya Kecamatan Leksono Semarakkan Hari Jadi Ke 200 Wonosobo: Kirab Panji Menyatu Dalam Semangat Persatuan Dan Pelestarian Budaya

Rangkaian peringatan Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo tahun 2025 memasuki babak yang paling menyentuh hati dan penuh makna di tengah masyarakat. Kecamatan Leksono menjadi salah satu panggung utama yang menampilkan wajah budaya, semangat kebersamaan, dan cita rasa lokal dalam bentuk Gelar Budaya dan Kirab Panji serta Pusaka Praja, yang dilaksanakan pada Rabu, 9 Juli 2025.
Acara ini tidak hanya menjadi selebrasi simbolik, tetapi sekaligus mengukuhkan eksistensi budaya dan tradisi leluhur yang diwariskan turun-temurun. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi wahana edukatif, inspiratif, dan partisipatif yang menyatukan berbagai elemen masyarakat serta memperkuat jalinan antara pemerintah dengan warga.
Bupati Afif Tegaskan Kirab Panji Bukan Sekadar Seremoni, tetapi Simbol Kolaborasi Daerah
Dalam kesempatan istimewa itu, Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, hadir langsung dan menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya makna Hari Jadi yang bukan sekadar peringatan seremonial. Ia menegaskan bahwa kegiatan Kirab Panji dan Gelar Budaya merupakan bagian dari upaya strategis untuk merawat akar budaya sekaligus memperkuat semangat gotong royong.
> “Kirab Pusaka dan Panji yang menyertakan seluruh desa di Kecamatan Leksono dan juga kecamatan lainnya bukanlah seremoni biasa. Ini adalah simbol bahwa perayaan Hari Jadi adalah milik bersama masyarakat. Pemerintah hadir untuk membangun sinergi, memperkuat persatuan, dan menghadirkan semangat kolaboratif yang autentik,” ujar Afif Nurhidayat dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Afif menekankan bahwa momentum Hari Jadi harus dimaknai sebagai titik temu lintas elemen masyarakat dalam memperkuat jati diri daerah. Di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur warisan leluhur, semangat gotong royong, simbol keberagaman, serta kekuatan kultural yang membentuk identitas Wonosobo sebagai daerah yang kaya akan sejarah dan kearifan lokal.
Rangkaian Kirab Panji: Menyusuri Wilayah, Menyentuh Hati Rakyat
Kegiatan di Kecamatan Leksono dimulai dengan prosesi pasrah tampi panji lan pusaka praja dari unsur Forkopimca kepada Kepala Desa Besani dan Lurah Leksono. Kirab dilaksanakan secara nyata, bukan simbolik, dengan dua tim kirab yang berangkat dari dua arah berbeda dan bertemu di Desa Sojokerto, kemudian bersama-sama menuju Kantor Kecamatan Leksono sebagai titik penyatuan.
Plt. Camat Leksono, Dwi Saraswati, menjelaskan bahwa Kirab Panji tahun ini menyusuri seluruh wilayah administratif di Kecamatan Leksono, yang meliputi 1 kelurahan dan 13 desa.
> “Kirab ini dimulai dari Kelurahan Leksono, melintasi seluruh desa, dan berakhir di Desa Sojokerto. Setelah itu, panji dan pusaka dikembalikan ke kantor kecamatan dan akan diserahkan kembali kepada pemerintah kabupaten sebagai penutup prosesi,” ungkapnya.
Kirab ini tak hanya menghidupkan kembali memori budaya, namun juga membangun koneksi emosional antarwarga dan memperlihatkan kekompakan serta partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga warisan leluhur.
Budaya Bertemu Ekonomi: Sajian Kesenian, UMKM, hingga Kembul Bujana
Kegiatan Gelar Budaya di Leksono tidak berhenti pada prosesi kirab semata. Beragam kegiatan pendukung juga digelar untuk menyemarakkan suasana dan meningkatkan keterlibatan masyarakat. Mulai dari pameran UMKM dari seluruh desa, pemeriksaan kesehatan gratis, hingga kembul bujana, yakni tradisi makan bersama dengan sajian tumpeng yang disiapkan secara gotong royong oleh warga dan stakeholder desa.
> “Setelah kirab, kami menyuguhkan berbagai kesenian tradisional yang berasal dari wilayah Kecamatan Leksono. Pementasan berlangsung hingga malam hari sebagai bentuk nyata pelestarian budaya lokal,” terang Dwi Saraswati.
Bahkan, sehari sebelumnya, masyarakat telah menikmati berbagai pentas seni yang melibatkan anak-anak, remaja, hingga seniman desa. Kegiatan ini dilanjutkan dengan expo UMKM dan pertunjukan seni lintas desa yang menampilkan keberagaman budaya dan potensi ekonomi lokal.
Budaya dan Ekonomi Melaju Bersama: Strategi Pembangunan Inklusif
Pemerintah Kabupaten Wonosobo menyadari bahwa pembangunan daerah harus menyatu antara pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, pada setiap kecamatan, digelar pula expo produk unggulan desa, bazar UMKM, dan pentas seni tradisional, yang membuktikan bahwa budaya tidak hanya dapat dirawat tetapi juga dikapitalisasi secara produktif.
Kegiatan semacam ini merupakan bentuk nyata dari pembangunan berbasis kearifan lokal yang inklusif, partisipatif, dan berkelanjutan.
> “Kami berharap sinergi antara pemerintah dan masyarakat yang terbentuk melalui kegiatan ini dapat terus menjadi kekuatan bersama untuk membangun Wonosobo yang berdaya saing, berbudaya, dan sejahtera,” pungkas Plt. Camat Leksono, Dwi Saraswati.