Langkah Inklusif Wonosobo: 20 Teman Tuli Ikuti Kelas Literasi Digital Ramah Disabilitas

Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti aula Sekolah Donbosco Wonosobo, Sabtu (3/5/2025), saat 20 teman tuli dari berbagai penjuru kabupaten berkumpul dalam sebuah kelas yang tak biasa. Bukan sekadar pelatihan, namun inilah wujud nyata upaya membangun ruang digital yang inklusif, aman, dan berkeadilan bagi semua kalangan—tanpa kecuali.
Program bertajuk Kelas Ayo Bareng Tular Nalar ini merupakan hasil kolaborasi progresif antara Mafindo Wonosobo, Komunitas Tuli, dan Forum Ramah Disabilitas Universitas Muhammadiyah Magelang, dengan dukungan penuh dari Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia. Mengusung semangat kesetaraan, kelas ini dirancang khusus untuk mengedukasi komunitas tuli seputar literasi digital, bahaya hoaks, penipuan daring, hingga pentingnya menjaga keamanan data pribadi.
Yang membuat kelas ini istimewa, seluruh materi disampaikan oleh fasilitator tuli melalui bahasa isyarat, menciptakan ruang belajar yang benar-benar inklusif dan partisipatif. Tidak ada batasan komunikasi, tidak ada sekat perbedaan—hanya semangat belajar yang menyatu dalam kebersamaan.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Wonosobo, Fahmi Hidayat, yang hadir langsung dalam kegiatan tersebut, mengapresiasi inisiatif tersebut sebagai langkah strategis menuju masyarakat digital yang inklusif.
“Di era digital yang berkembang sangat cepat, tidak boleh ada satu pun kelompok masyarakat yang tertinggal. Komunitas tuli adalah bagian penting dari ekosistem digital kita. Karena itu, kegiatan ini sangat kami dukung sebagai bagian dari transformasi digital yang merata dan berkeadilan,” ujar Fahmi.
Menurutnya, literasi digital tidak cukup hanya mengajarkan cara menggunakan teknologi. Lebih dari itu, masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk menyaring informasi, mengenali potensi risiko dunia maya, serta memahami hak dan tanggung jawab di ruang digital.
“Penyandang disabilitas, termasuk teman-teman tuli, memiliki hak yang sama untuk menjadi pelaku aktif di era digital. Mereka tidak hanya sebagai pengguna, tetapi juga kontributor dan penggerak perubahan,” tambahnya.
Di dalam kelas, peserta diajak berinteraksi melalui permainan kelompok bertema digital yang menyenangkan. Suasana belajar menjadi dinamis, penuh tawa, dan sarat makna. Dari sinilah semangat kolaboratif tumbuh, bukan sekadar sebagai bentuk belajar, tetapi juga bentuk keberdayaan.
Giri Lumakto, Program Manager Tular Nalar dari Mafindo, menyampaikan bahwa kegiatan di Wonosobo ini merupakan pembuka dari rangkaian pelatihan serupa yang akan digelar di enam daerah, termasuk Magelang dan Temanggung.
“Kami percaya bahwa literasi digital yang inklusif adalah kunci untuk memberdayakan komunitas tuli agar siap menghadapi tantangan zaman. Ini bukan sekadar kegiatan, tapi gerakan,” ungkap Giri.
Ia berharap kegiatan ini menjadi awal dari jangkauan yang lebih luas, membentuk komunitas digital yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga saling menghargai, aman, sehat, dan produktif.
Langkah kecil yang digerakkan dengan ketulusan dan kolaborasi bisa menciptakan gelombang perubahan besar. Dari Wonosobo, semangat inklusivitas itu kini mulai menggema.