Biografi Dedi Saputra Perjalanan Menjadi Sarjana

Biografi Dedi Saputra Perjalanan Menjadi Sarjana
16-Mar-2025 | sorotnuswantoro Purbalingga

Dedi Saputra (11 September 1997) atau yang biasa disapa dengan Mas Dedi, adalah seorang pemuda asal Dusun Senila, Desa Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol, kabupaten Purbalingga. Mas Dedi adalah seorang Pemuda yang sangat keras dalam memperjuangkan pendidikannya didalam keluarga. Ia dilahirkan dari keluarga yang sederhana, ayahnya adalah seorang petani juga penjual rongsokan di perantauan. Sedangkan Ibunya seorang Ibu rumah tangga. Mas Dedi merupakan anak pertama dari tiga bersaudara hasil dari pernikahannya Bapak Darmanto Bin Kasmuni Bin Krama Witana dengan Ibu Tariyah Binti Tarsudi Bin Jaya Krama.

Dedi Saputra dalam perjalanannya menuntut ilmu sangatlah penuh dengan perjuangan dan tekad yang kuat. Ia sekolah di SDN 3 Tunjungmuli yang kemudian lanjut di MTs Hasyim Asy’ari Tunjungmuli, setelah lulus di MTs hasyim Asy’ari dia memiliki cita-cita untuk melanjutkan pendidikanya di Tebu Ireng, namun keinginannya pupus karena kondisi ekonomi yang tidak baik di keluarganya. Bahkan waktu itu ia pun sudah tidak ada harapan lagi untuk bisa melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya.

Suatu ketika ada guru dari MA Mamba’ul Ulum Tunjungmuli yang datang kerumah orang tuanya dan menanyakan kenapa Ia tidak melanjutkan sekolah, akhirnya sang guru itu memberikan bantuan untuk mendaftarkan dirinya di MA Mamba’ul Ulum Tunjungmuli dan uang daftar ulangnya di bantu oleh beliau. Sejak saat itulah Ia mulai bangkit dalam belajar dan aktif dalam organisasi sekolah. Dan tidak lupa karena berkat doa restu dari kedua orang tuanya.

Dikelas X ia sudah menjadi Ketua OSIS hasil dari Pemilihan Umum di sekolahannya, dari situlah Ia belajar menjadi seorang pemimpin dan banyak mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah baik intra maupun ekstra kulikuler termasuk Pramuka, Baskibraka dan berbagai macam olahraga. Lanjut di kelas XI Ia pun melanjutkan kepemimpinannya lagi menjadi ketua OSIS hasil dari pemilihan umum disekolahannya, Ia juga termasuk yang menginisiasikan ekstra PMR yang ada di sekolannya karena sebelumnya belum ada ekstra PMR.

Dikelas XI ini pula Ia sangat ingin mewujudkan dirinya agar bisa mengaji di pondok Pesantren meskipun saat itu kondisi ekonomi orang tua tidak stabil, sehingga Ia memohon doa restu kepada kedua orangtuanya agar diberi doa restu untuk mengaji di pesantren, dan saat itulah Ia bersama bapaknya datang ke Ndalemnya KH. Ahmad Masykur Husni Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum dan dipasrahkan kepada beliau.

Meskipun jarak rumah dengan pondok pesantren tidak begitu jauh karena hanya tetangga dusun namun Ia tidak sering pulang ke rumahnya, sehingga banyak orang atau keluarga yang heran atas keteguhannya dalam mengaji dipesantren. Suatu ketika Ia ke ndalem KH Ahmad Masykur Husni untuk menyapu ndalemnya dan saat itulah KH Ahmad Masykur Husni dawuh (sering-seringo rene bersih-bersih ben ngerti umah iki). Dari situlah Ia selalu datang ke Ndalemnya KH Ahmad Masykur Husni dan menjadi abdi ndalem beliau.

Karena pengabdiannya Ia kepada Kiyai, setelah Ia lulus dari MA mamba’ul Ulum kemudian sang Kyai mengutusnya untuk melanjutkan sekolah ke Surabaya. Di surabaya Ia disuruh mengabdi kepada sepupu sang Kyai yakni Bapak Rijalul Faqih, dari situlah Ia bisa melanjutkan kuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya. Dengan perjuangan membantu bekerja di toko sembako, Ia bangun pagi dan membuka toko sembako sampai ada jadwal jam kuliah baru Ia berangkat kuliah. Setelah Ia selesai jam kuliahnya, sore ia kembali berjualan di toko sembako sampai jam 10 malam.

Setelah Ia selesai menutup toko sembako pun Ia tidak beranjak untuk tidur tapi Ia harus bersih-bersih mencuci baju dan mengerjakan tugas kuliahnya dan membaca buku untuk persiapan kuliah diesok harinya. Sehingga seringkali saat di kampus Ia sering tertidur saat jam perkuliahan, uniknya dia sekalipun tidur dikelas namun ia suka duduk dekat didepan bangku dosen, alhasil banyak dosen yang menghargai perjuangannya meskipun dosennya tidak tau kegiatan kesehariannya. Disamping itu sekalipun suka tertidur dikelas namun Ia sangat aktif diskusi didalam kelas, sehingga banyak teman yang heran dan greget karena bikin pertanyaan yang sulit maupun sanggahan dalam hasil presentasi teman-teman. Ia pun lulus tepat waktu di semester 8 dan menjadi salah satu mahasiswa lulusan terbaik III di prodinya. Ia mengambil prodi Hukum Ekonomi Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum.

Tags