Lawang Abang Serang Banten
Lawang artinya pintu dan abang bermakna merah. Benda yang jika dilihat dari fisiknya masuk kategori benda cagar budaya itu diprediksi ada sejak abad XV.
Tertarik dengan informasi adanya struktur bangunan yang diduga memiliki nilai sejarah di Kampung Pangkalan Nangka, Desa Kenari, Kecamatan Kasemen, Kota Serang itu tim sorot nuswantoro yang di dampingi paguron jalak banten (PJBN) di kawasan itu.
Tak hanya meneliti bangunan Lawang Abang, tim juga memeriksa deretan nisan kubur atau makam bermotif unik, yang diyakini berasal dari Aceh. Tim juga mengindentifikasi sejumlah struktur bangunan yang terbuat dari susunan batu bata merah.
Secara umum bangunan itu selalu mengelilingi beberapa komplek makam dengan bentuk dan ukuran batu nisan yang sangat unik. Batu nisan itu bisa dipastikan berbahan batu andesit yang dipahat secara halus dan teliti.
Beberapa nisan berdiri di atas makam dengan panjang di atas rata-rata itu berjirat, yang menandakan strata sosial. Makam-makam yang umumnya dikelilingi struktur bangunan bata merah itu tersebar di atas beberapa bidang tanah yang berbentuk "pulau" atau biasa disebut hunyur.
Gus Lana Praktisi sepiritual mengungkapkan, pengenalan sejarah dan kajian arkeologi bagi temen temen itu sangat penting, untuk dijadikan bahan diskusi. Dia berharap langkah ini nantinya akan menguatkan identitas ke-Bantenan baginya .
"Program kunjungan untuk pengenalan sejarah Islam di Banten ini akan dibakukan, agar masyarakat mengenal lebih jauh soal sejarah Islam di Banten," ungkap Gus Lana, Rabu, (26/12).
Salah seorang peserta kajian, Aslikah mengaku terpukau dengan bentuk bangunan yang ada di kawasan itu. Menurutnya, perlu ada langkah dan kebijakan strategis untuk menyelamatkan benda-benda bersejarah itu.
"Mungkin yang harus diperhatikan adalah kajian yang lebih mendalan dan pengembangan serta pelestarian. Benda-benda itu membuktikan adanya peradaban Islam yang modern di sini," paparnya.
Sejarawan asli Banten yang mendampingi kami, Abah Entus Jempol menegaskan, situs itu sangat penting namun juga bagi stakeholder yang menangani sejarah dan benda-benda bersejarah.
"Jika melihat fakta-fakta yang ada, maka antara Banten dan Aceh ada hubungan ekonomi dan politik pada akhir abad XVI. Mungkin juga gerbang yang dinamai Lawang Abang itu dahulunya adalah dermaga tempat bersandarnya kapal-kapal niaga. Ini perlu kajian dan penelitian yang lebih intensif. Saya harap, temen temen segera berkoordinasi dengan BPCB (Balai Pelestarian Benda Cagar Budaya, red),