Dari Cinta Romantis Hingga Cinta Platonis: Bagaimana Cinta Bisa Sedefinitif Ini?

Dari Cinta Romantis Hingga Cinta Platonis: Bagaimana Cinta Bisa Sedefi
26-May-2024 | sorotnuswantoro Purbalingga

Tiap-tiap orang membangun setiap hubungannya didasari dari kondisi dan preferensi yang terjadi saat itu. Salah satu jalinan sosial tak kasat mata adalah hubungan romansa atau asmara. Bentuk hubungan yang paling sering menjadi topik utama sebagian besar masyarakat sekaligus paling misteri untuk dipecahkan. Ada banyak definisi dan opini mengenai romansa, dimana satu diksi yang berkaitan erat adalah cinta.

Apa itu cinta? Apakah cinta itu nyata dan benar-benar ada? Mengapa cinta memiliki beragam pemaknaan? Bagaimana cinta menjadi begitu personal? Dan ribuan pertanyaan lain yang bisa kita lontarkan sebagai pemantik dalam berbagai perspektif dan kajian. Nilai, ideologi, pengalaman, dan subjektivitas setiap orang melahirkan ribuan konsep dan pemahaman tentang cinta.

Di ruang redaksi Sorot Nuswantoro, diskusi mengenai cinta secara alami mengalir pada Sabtu Malam. Berbagai pendapat memenuhi setiap sudut ruang. Catur, seorang mantan serdadu pasukan langit mengatakan "Cinta adalah luapan emosional tanpa rasional." Bagi beliau, cinta tak bisa dijelaskan melalui nalar logis. Menjadi masuk akal, ketika kita lihat berbagai pasangan bisa saling terhubung tanpa memandang latar belakang, aspek fisik, jarak maupun kondisi. Cinta Romantis antara laki-laki dan perempuan menjadi sangat afektif jika disertai kuatnya emosional dari keduanya

Plato, seorang filsuf Yunani kuno pernah menuliskan tentang cinta dalam karyanya, Simposium bahwa hanya cintalah yang dapat menerangi jalan seseorang menuju kehidupan yang lebih baik.

"Neither family, nor privilege, nor wealth, nor anything but Love can light that beacon which a man must steer by when he sets out to live the better life." Artinya "Baik keluarga, hak istimewa, kekayaan, atau apa pun selain Cinta tidak dapat menerangi mercusuar yang harus dijalani seseorang ketika ia ingin menjalani kehidupan yang lebih baik."

Pendapat Plato melahirkan istilah cinta platonis. Cinta platonis adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menyebut sebuah relasi yang sangat afektif, tetapi di mana unsur-unsur rasa ketertarikan secara seksual tidak ada atau telah ditekan dan disublimasikan.

Cinta platonis sering kali berbentuk persahabatan yang erat, di mana kedua individu menghargai kehadiran satu sama lain dalam hidup mereka. Hubungan ini sering melibatkan percakapan mendalam dan berbagi pemikiran, ide, dan nilai yang penting bagi masing-masing pihak. Apalagi dibarengi kepercayaan yang mendalam dan kesetiaan, cinta platonis memungkinkan adanya hubungan yang stabil dan aman.

Karena unsur-unsur ketertarikan fisik dan seksual tersisihkan, sebagian orang menganggap bahwa cinta platonis hanya ada dalam imaji manusia dan bersifat utopis. Beberapa orang tidak percaya adanya cinta sejati, meyakini bahwa cinta adalah hubungan bilateral yang saling memberi feedback antara kedua belah pihak berupa keuntungan. Cinta platonis pun dianggap hanya sebuah fiksi dan fantasi yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata.

Sementara sebagian yang lain, mensakralkan cinta, bahkan memisahkan cinta dan hubungan yang terjalin karenanya. Seperti kata Sujiwo Tejo "Menikah itu nasib. Mencintai itu takdir. Kau bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa." Setiap orang mengalami cinta dengan beraneka cara. Bukankah spektrum kehidupan kita menjadi lebih berwarna, salah satu penyebab utamanya adalah karena cinta?

NRSR

Tags