Kisah Inspiratif Guru Di Purbalingga, Berjuang Demi Memajukan Pendidikan.

Sejumlah kisah inspiratif guru di Indonesia bisa menjadi teladan bagi kita semua. Para guru ini berjuang keras demi memajukan pendidikan di Tanah Air khususnya Di Kabupaten Purbalingga.
Sejumlah kisah inspiratif guru di Purbalingga bisa menjadi teladan bagi kita semua. Para guru ini berjuang keras demi memajukan pendidikan di Tanah Air.
Meski harus melewati berbagai rintangan, namun guru-guru di Purbalingga ini rela berjuang untuk menunjukan dedikasinya terhadap pendidikan. Pantaslah bagi mereka disebut sebagai “Pahlawan tanpa Tanda Jasa”.
Berikut ini media Sorotnuswantoro merangkum beberapa kisah inspiratif guru Di Purbalingga yang rela melewati berbagai kesulitan untuk memajukan pendidikan di Tanah Air.
Deretan Kisah Inspiratif Guru di Indonesia Beberapa kisah inspiratif guru di Indonesia yang bisa kita jadikan pelajaran berharga atas dedikasinya terhadap pendidikan antara lain sebagai berikut.
1. Kisah Guru MAN Purbalingga Akhmad Saghli, M.Pd.I : Rela Melewati jalan terjal dan berliku di pinggir jurang Sungai Tambra demi bisa mengajar.
Berawal dari guru tidak tetap di SMA Maarif Karangmoncol sebagai Guru Penjaskes, yang pada awalnya ada kekosongan Guru Penjaskes di SMA Maarif Karangmoncol (Tahun 2000), walaupun bermodalkan ijazah Sarjana Agama, mencoba mengisi kekosongan 6 jam pelajaran di sekolah tersebut.
Pada tahun Ajaran 2002/2003 Yayasan Mamba’ul ‘Ulum membuka Madrasah baru yaitu MA Mamba’ul ‘Ulum dan ia bersama dengan teman lainnya, bekerja ektra mencari calon siswa Angkatan pertama, yang alhamdulillah mendapat 12 siswa.
Di tahun ajaran yang sama 2002/2003 dibuka juga MTs Maarif NU 16 di Desa Sirau Kecamatan Karangmoncol. Di madrasah Tsanawiyah baru tersebut ia diminta untuk menjadi salah satu tenaga pengajarnya, yaitu mengajar Mata Pelajaran Fikih.
Sirau adalah Desa paling ujung utara di Kabupaten Purbalingga yang berada di jajaran pegunungan Gunung Slamet Timur. Salah satu desa terisolir di wilayah Kabupaten Purbalingga. Jarak dari Purbalingga kurang lebih 50km. Jalan yang menanjak, terjal dan berliku di pinggir jurang Sungai Tambra sehingga membutuhkan perjuangan yang ektra agar bisa sampai ke Desa Sirau.
Perjuangan dilakukan agar di Desa Sirau terdapat Lembaga Pendidikan setingkat SLTP, sehingga anak-anak di sana bisa meneruskan pendidikannya setelah mereka lulus dari SD. Menjadi Guru di MTs Maarif NU Sirau sampai Tahun 2004/2005.
Masih di Tahun Ajaran 2002/2003 SMA Muhammadiyah Kertanegara membutuhkan tenaga Guru Olahraga, dan ia diminta agar bisa membantu mengajar Olahraga di sekolah tersebut.
Tahun yang melelahkan, karena dalam Tahun ajaran 2002/2003 ia mengajar di 5 sekolahan yaitu; SMA Maarif Karangmoncol sebagai Guru Olahraga, di MTs Hasyim As’ari sebagai Guru Bahasa Indonesia, di MA Mamba’ul Ulum sebagai Guru Fikih dan Sosiologi, di MTs Maarif NU 16 Sirau sebagai Guru Fikih, dan di SMA Muhammadiyah Kertanegara sebagai Guru Olahraga.
Mengingat kemampuan tenaga yang terbatas sehingga pada semester 2 Tahun Ajaran 2002/2003 ia minta ijin untuk berhenti mengajar di SMA Muhammadiyah Kertanegara.
Tahun ajaran 2004/2005 ada Pendataan Guru Honorer di Lingkungan Kementerian Agama, sehingga agar lebih focus dalam mengajar, ia mengundurkan diri dari GTT SMA Maafrif Karangmoncol, MTs Hasyim Asy’ari dan MTs Maarif NU 16 Sirau, fokus hanya mengajar di MA Mamba’ul ‘Ulum.
Sebagai madrasah baru MA Mamba'ul 'Ulum memiliki fasilitas masih sangat sederhana dan kesejahteraan tenaga Guru dan Kependidikan masih sangat jauh dari kata ‘layak’. Honor GTK dibayarkan jika ada siswa yang membayar SPP, bisa 4 sampai 5 bulan tidak dibayar karena kemampuan madrasah yang jauh dari kata mampu.
Dengan terseok-seok tetap dipertahankan menjadi GTT di MA Mamba’ul Ulum. Sementara kebutuhan rumah tangga tidak bisa dielakkan, untuk beli beras, beli susu anak, bayar Listrik biaya berobat anak dan kebutuhan lainnya, harus usaha sampingan (jualan sayur di warung).
Tahun 2007 ada formasi CPNS dari jalur tenaga Honorer, alhamdulillah di tahun 2008 terbawa sebagai CPNS jalur Tenaga Honorer. Tahun 2009 mendapat surat Tugas di MA Al Huda Karangmoncol sampai tahun 2016. Pada tahun 2017 mutasi ke MAN Purbalingga sampai sekarang.
2. Dedikasi dan Inovasi Enny Kustiyah Rumiyati, S.Pd., M.Pd. untuk Pendidikan di SMP Negeri 2 Purbalingga
Enny Kustiyah Rumiyati, S.Pd., M.Pd., merupakan salah satu sosok pendidik di SMP Negeri 2 Purbalingga yang telah mendedikasikan hidupnya untuk memajukan pendidikan, khususnya di lingkungan sekolah tempat ia mengabdi. Terletak di Kelurahan Bancar, SMP Negeri 2 Purbalingga merupakan sekolah di tengah kota yang memiliki karakteristik unik dengan siswa yang berasal dari berbagai latar belakang ekonomi dan kondisi keluarga. Keberagaman ini justru menjadi tantangan dan motivasi bagi Enny untuk terus berinovasi dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Sebagai guru IPA, Enny menyadari pentingnya pengembangan kompetensi siswa sekaligus kompetensi dirinya. Dalam upaya tersebut, ia aktif melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter siswa. Di era Kurikulum 2013, ia melaksanakan empat penelitian, termasuk penggunaan media pembelajaran berbasis lingkungan, permainan kartu belajar, pemanfaatan bungkus makanan dan minuman, serta metode Pola TeGAL (Team, Games, and Learning) untuk pembelajaran pewarisan sifat.
Memasuki era Kurikulum Merdeka, Enny mengadopsi pendekatan Project-Based Learning (PjBL) berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics) di kelas VII. Salah satu proyeknya melibatkan pembuatan akuarium dari botol bekas, yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Proyek ini mengajarkan siswa untuk memahami sains melalui percobaan, memanfaatkan teknologi (seperti penggunaan gawai), merancang dan melaksanakan eksperimen, serta menambahkan elemen seni dan matematika. Melalui metode ini, siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga menemukan konsep-konsep IPA secara mandiri.
Di luar pembelajaran, Enny juga aktif mengembangkan dirinya melalui berbagai jalur. Ia telah menulis lima buku secara mandiri, tujuh buku antologi, lima artikel jurnal, dan tujuh opini yang diterbitkan di tabloid tingkat provinsi dan nasional. Selain itu, ia rutin mengikuti pelatihan melalui MGMP, PGRI, Forum Ilmiah Guru (FiG), dan komunitas belajar lainnya, baik secara luring maupun daring.
Sebagai wujud komitmennya dalam pendidikan, Enny terlibat dalam Program Guru Penggerak (PGP), sebuah inisiatif unggulan Kemendikbudristek. Meski telah berusia lebih dari 50 tahun, ia berhasil melewati berbagai tahap seleksi yang ketat hingga terpilih sebagai Pengajar Praktik (PP) untuk Calon Guru Penggerak (CGP) di beberapa angkatan. Pada tahun ini, ia juga lolos seleksi untuk menjadi fasilitator angkatan 21, sebuah pencapaian yang menunjukkan semangatnya dalam berbagi ilmu dan mendampingi rekan sejawat.
Enny percaya bahwa berbagi ilmu adalah cara untuk mempermudah urusan di dunia dan akhirat. Dengan semangat ini, ia terus berusaha menjadi bagian dari pendidikan yang lebih baik di SMP Negeri 2 Purbalingga, memotivasi siswa dan guru lain untuk berkembang bersama demi masa depan yang cerah.
Ahirnya, dedikasi dan komitmennya menjadi inspirasi bagi kita semua bahwa pendidikan adalah jalan untuk memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat dan generasi penerus.
Itulah beberapa kisah inspiratif guru Di Purbalingga yang rela berjuang dan melewati berbagai rintangan bahkan medan sulit demi memajukan pendidikan di Tanah Air.
Sangat menginspirasi, ya? Yuk nantikan kisah - kisah inspiratif guru selanjutnya, hanya di Media Sorotnuswantoro.com .