Bocah Gimbal Di Banyumas Jalani Ritual Ruwatan Pemotongan Rambut Gimbal Layaknya Di Dieng

Bagi warga didataran tinggi Dieng Jawa tengah, rambut gimbal yang dimiliki seorang anak dipercaya membawa musibah.
Untuk menghilangkan musibah, mereka harus menjalani ritual ruwatan pemotongan rambut gimbal.
Hal ini juga dipercaya oleh salah satu pasangan suami istri warga Sumbang, Banteran Banyumas yaitu Bapak Basuki dan Ibu Inge yang notabene tidak ada keturunan darah Dieng.
Menurut penuturan Pak Basuki, beliau menyadari sang putri gimbal saat usia 13 bulan.saat rambut anak dipotong anak mengalami sakit panas dan kejang.kemudian beliau yang pernah tinggal di Dieng mengingat tradisi disana bahwa anak yang berambut gimbal adalah anak terpilih.
Semenjak saat itu Pak Basuki selalu berusaha memenuhi setiap permintaan anak.meskipun permintaannya cenderung menyulitkan.
Pada Kamis malam 2 Januari 2025 Pak Basuki merasa bahwa sudah waktunya untuk melaksanakan ruwatan potong rambut gimbal.
Tradisi inipun juga bisa dilaksanakan saat sang anak memintanya,jadi bukan semata mata keinginan orang tua.
"Alhamdulillah akhirnya saya bisa memenuhi permintaan putri saya yaitu sebuah sepeda listrik sehingga acara ruwatan ini bisa terlaksana dan semoga lancar sampai selesai", begitu ungkap bahagia beliau.
Dalam acara ini beliau menghadirkan 3 sesepuh dari Dieng yang terbiasa memimpin ritual ruwatan.yaitu Mbah Zulhani, Mbah Hadi, dan pak Rosyidin.
Menurut pak Rosyidin diDieng sendiri ada 7 ritual saat pemotongan rambut.di antaranya Napak tilas.yaitu pengambilan air dari 7 mata air, kirab atau pawai yaitu arak arakan anak gimbal yang hendak menjalani ritual dari kediaman sesepuh desa menuju ketempat ritual.selanjutnya siraman dengan air yang diambil pada saat Napak tilas. Dilanjutkan doa memohon keselamatan anak agar dijauhkan dari musibah.Kemudian acara pemotongan rambut gimbal di akhiri acara Bancakan atau makan bersama dan ditutup dengan pelarungan rambut yang dipotong disungai yang alirannya menuju laut.
Tapi karena di Banyumas hanya ada beberapa bahkan mungkin baru keluarga pak Basuki yang mengikuti tradisi Dieng ini akhirnya diselenggarakan dengan sesederhana mungkin.
"Saya merasa senang kebudayaan Dieng bisa diterima masyarakat luas dan semoga adat ini bisa terus terjaga sebagai kearifan lokal yang bisa menjadi budaya nasional", ungkap Pak Rosyidin penuh harapan.
Warga sekitar rumah menyambut baik acara ini." Saya senang dengan adanya perayaan ini, selain untuk mengenalkan budaya dan tradisi pada anak anak muda juga untuk mempererat silaturahmi warga masyarakat sekitar perayaan", ungkap Dhani salah satu warga yang hadir pada acara tersebut.